Meski terlibat pada banyak kegiatan, toh nyatanya beliau masih dapat melakukan banyak rutinitas harian. Beliau pun memiliki prinsip meskipun sedikit yang diperbuat tapi harus mendatangkan manfaat. sehingga apapun kegiatannya beliau akan melakukan yang terbaik. Pada masa kecilnya, beliau sangat terkesan dengan perhatian dan didikan orang tua. Pengalaman terjatuh pada saat bermain yang mengakibatkan luka kecil di keningnya tidak pernah bisa dilupakan. Sebelum pergi pelatihan bela Negara, ayah beliau sempat berpesan “jangan main yang macam – macam”. Meskipun nakal saat masa kecil namun orang tua beliau sangat sabar dan menaruh atensi yang sangat besar. Pada saat menjajaki bangku pekuliahan di Yogyakarta beliau banyak mengikuti kegiatan organisasi, seperti UMKKI, PALAPSI ’79, dan lain – lain. Di kota pelajar tersebut, Pak Roso muda hidup secara mandiri dengan hanya menempati sebuah rumah sederhana beserta dengan adik – adiknya. Di sana beliau juga menjadi koordinator alumni-alumni SMA yang ingin menempuh bangku perkuliahan di kota pelajar tersebut.
Harapan beliau dengan menjabat sebagai wakil dekan Fakultas Psikologi UNTAG Surabaya dapat membuat mahasiswa bekejasama dengan fakultas untuk memaksimalkan kegiatan – kegiatan yang memajukan Fakultas Psikologi UNTAG Surabaya. Banyaknya kegiatan membuat beliau memanajemen waktu dengan menentukan skala prioritas terlebih dahulu. Bagi Pak Roso rumah seperti berada di kampus, karena banyak mahasiswa yang datang ke rumah beliau yang beralamat di Jl. Nginden Baru 8 C58 Perum UNTAG Surabaya. Beliau mengatakan bahwa rumah adalah tempat paling menyenangkan baginya, bila beliau tidak ada kegiatan di kampus, beliau lebih memilih untuk pulang dan kemudian fokus untuk mengerjakan apa yang mampu dan belum dikerjakan sehingga tidak ada waktu yang “mubadzir”.
Meskipun beliau masih repot dalam membagi waktu terkait dengan kegiatan dan studinya namun beliau tetap melakukan yang terbaik bagi keluarganya. Bagi beliau keluarga tetap-lah nomor satu. Beliau sangat menghargai wanita yang tak lain adalah istri tercinta beliau. Pak Roso begitu memahami peran istrinya sebagai ibu rumah tangga, meski tidak bekerja namun pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan berat dan tak remeh . Pada dasarnya keluarga tak ubahnya oganisasi kecil, dimana disitu terdapat jobdesc masing – masing dan harus proporsional satu sama lain, saling memahami, dan saling menerima antar anggota keluarga.
Beliau yang mengenyam pendidikan di Univesitas Gajah Mada atau biasa dikenal dengan UGM atau kampus biru jurusan Psikologi baik pada saat S1,S2, maupun S3. alasan beliau memilih psikologi adalah karena sesuai dengan arti nama beliau, ingin mempelajari manusia, serta “ceweknya terkenal cantik-cantik” begitu gurau beliau. Tidak lupa pada saat akhir sesi wawancara beliau bepesan pada mahasiswa Fakultas Psikologi untuk tidak menyia – nyiakan waktu, karena menurut beliau adanya “luck” itu tercipta karena bertemunya “opportunity” dan “preparation”. sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan peluang tersebut. beliau juga mengatakan bahwa para ORKEM dapat menginterventarisir mahasiswa yang berbakat atau bepotensi, sehingga apabila ada event ataupun kegiatan mudah untuk mencarinya, sehingga aktivitasnya teraktualisasi.
Terakhir harapan untuk Buletin Taman Psikologi ini adalah agar bulletin ini dapat mengumpulkan informasi dan mengolah informasi dari yang tidak menarik menjadi menarik, dan juga untuk mengiformasikan hal – hal yang actual sehinga apa yang ingin atau belum diketahui oleh pembaca dapat terpuaskan dengan adanya bulletin ini. (Ryan/Egi)
aat (abdurrahmatsyah) psikologi untag 2007, tukang zina yang hamil di luar nikah bersama adik kelasnya youli herlinna. Untag punya pengurus bem tukang zina yang hamil di luar nikah, benar-benar memalukan. Pengangguran yang punya anak istri, belum lulus kuliah ga punya pekerjaan tetap, dan selalu minta uang orang tuanya buat menghidupi anak istrinya. Dan hidup nebeng makan minum dirumah mertuanya di Jombang. Ini laki-laki apa banci, menghidupi anak istrinya aja ga bisa. Akibat dosa zina yang dilakukannya, sekarang anak hasil zinanya yang paling kasihan, kakinya terlahir cacat, tapi ga punya biaya yang cukup buat terapinya. Masa anaknya juga harus nanggung aib orang tuanya. Benar-benar pengangguran bejat, tukang zina, hamil diluar nikah
BalasHapus